WELCOME IN BATULICIN NEWS
1 2 3 4 5

Sabtu, 13 Februari 2010

Home » » Kalimantan Selatan: Ironi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit

Kalimantan Selatan: Ironi Sektor Perkebunan Kelapa Sawit



Sebuah kenyataan yang sangat ironi, di sebut ironis karena suatu keadaan yang terjadi sangat bertentangan dengan yang diharapkan.

Pembangunan Indonesia ini telah dilaksanakan selama puluhan tahun akan tetapi makin hari arahnya semakin melenceng dari tujuan pembangunan itu sendiri.

Kita punya wilayah yang subur sangat luas dan kekayaan alam kita ( khususnya energy ) juga sangat melimpah, berbagai macam aturan juga sudah dibuat yang katanya untuk mensejahterakan rakyat. Apa buktinya???

Masyarakat kita adalah masyarakat yang secara umum memiliki kultur sebagai masyarakat petani dan tuhan pun meng-anugerahkan alam yang sangat mendukung untuk kegiatan tersebut tetapi nyatanya petani kita tetap sulit dan miskin.



Sebuah keadaan yang sebenarnya untuk jangka panjang memprihatinkan adalah bahwa sekarang sudah dan sedang berlangsung kegiatan perampokan areal pertanian untuk masyarakat untuk di jadikan wilayah perkebunan kelapa sawit, baik dengan program plasma atau KKPA ataupun untuk perkebunan inti atau juga penggabungan keduanya.

Apa yang memprihatinkan itu:

  1. Kita akan kehilangan berjuta-juta hektar areal pertanian untuk masyarakat sampai ke belakang dapur-dapur rumah para petani kita, sebagai gantinya masyarakat kita dijanjikan bagi hasil dengan jumlah dan besaran yang tidak ditentukan dan tidak transparan. Masyarakat kita tidak pernah tau berapa sebenarnya keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan pengelola perkebunan itu. INI TIDAK ADIL !!!... bahkan ada sebuah anekdot bahwa keuntungan yang diterima oleh para petani kita itu jauh lebih sedikit dari pada jika para petani menanam sayur-mayur secara tradisional sekalipun. Menyedihkan!!!
  2. Masyarakat kita akan dan sudah dipaksa untuk berubah menjadi asset mereka yaitu sebagai pekerja perkebunan kelapa sawit dengan upah yang sangat murah. Sangat disayangkan juga bahwa ternyata pemilik perkebunan itu adalah Negara asing yang selama ini sikapnya kurang baik terhadap Indonesia yaitu MALAYSIA.
  3. Fakta bahwa kerusakan hutan dan lingkungan terjadi secara massif, perkebunan kelapa sawit juga menyebabkan terjadinya krisis air dan peningkatan suhu udara serta rusaknya ekosistem dan habitat hutan termasuk satwa-satwa langka yang di lindungi juga diburu karena dianggap sebagai HAMA, dan hal ini terjadi berpuluh-puluh kali lipat jumlahnya dengan yang dirusak oleh sektor yang selama ini dituduh sebagai biang kerok kerusakan lingkungan yaitu pertambangan dengan perbandingan 4% bidang pertambangan dan 96% bidang perkebunan kelapa sawit (sumber data diolah dari www.kalselprov.gi.id )
  4. 15-20 Tahun kedepan ketika areal perkebunan kelapa sawit sudah habis masa produktifnya dan memerlukan 5-7 tahun untuk proses replanting ( tanam ulang, yang belum tentu ada pengusaha yang mau melakukan itu karena biayanya jauh lebih tinggi dari pada tanam awal ) maka para petani kita ( yang sekarang sedang jadi buruh untuk Malaysia dari Indonesia ) akan mengalami krisis ekonomi parah, hal ini karena lahan pertanian mereka telah habis.
  5. Masyarakat dijadikan jaminan ( dengan sertifikatnya sebagai agunan ) untuk pinjaman kepada Bank oleh perusahaan-perusahaan pengelola perkebunan tanpa mengetahui secara pasti berapa nilai hutangnya, berapa angsurannya, apa resikonya dan seberapa besar manfaatnya. Andai saja terjadi suatu hal yang merugikan dan perusahaan itu bangkrut maka masyarakat akan kehilangan lahan mereka, sangat Ironis….
Pemerintah lebih memilih sektor ini karena lebih cepat mendapatkan hasil (Sebenarnya tidak sih), rata-rata pemerintah kita mulai dari Bupati, Gubernur sampai ke Presiden menganggap bahwa ini merupakan program unggulan di bidang pertanian.

Pemerintah lebih suka terhadap program ini karena ini merupakan program yang tidak memerlukan banyak waktu dan pemikiran pamerintah sehingga pemerintah tidak usah repot-repot berfikir dan bekerja. Pragmatis memang tapi itulah kenyataanya…


Share this article :

Posting Komentar